SAPONIN
Saponin merupakan
glikosida glikon+aglikon (sapogenin)
Sapogenin terbagi 2
Sapogenin steroid ,Sapogenin
triterpenoid
Sifat Saponin
Membentuk buih bila
dikocok dengan air
Berasa pahit menusuk
dan menyebabkan bersin dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir
Dapat menghemolisis
darah
Larut dalam air,
metanol dan tidak larut dalam eter
Toksik terhadap ikan
(hewan berdarah dingin)
Namanya diturunkan
dari kemampuannya membentuk busa seperti sabun (SAPO) yang stabil dalam larutan
berair.
Diproduksi oleh
tanaman, bbrp hewan laut tgkt rendah, dan bbrp bakteri
Mengandung gula
biasanya glukosa, galaktosa, asam glukoronat, xylosa, ramnosa yg terikat dgn
aglikon hidrofobik
* Struktur saponin yg
sgt kompleks tjd akibat bervariasinya struktur aglikon, sifat rantai samping,
dan posisi penempelan gugus gula pd aglikon .
Aglikon dari glikosida
terdiri dari banyak jenis senyawa kimiawi. Senyawa-senyawa tersebut meliputi
senyawa-senyawa alkoholik dan fenolik, isotiosianat, nitril sianogenetik,
turunan antrasen, flavonoid dan steroid.
Biosintesis saponin
Masih sedikit yg
diketahui ttg enzim dan jalur biokimia yg terlibat dlm biosintesis saponin pd
tingkat molekuler
Saponin triterpenoid
disintesis dari asam mevalonat melalui jalur
isoprenoid.
Berdasarkan struktur
dari aglikon maka saponin dapat dibagi 2 golongan yaitu saponin netral yang
berasal dari steroid dengan rantai samping spiroketal dan saponin asam yang
mempunyai struktur triterpenoid.
Biosintesis saponin
triterpenoid dan saponin steroid
mempunyai titik tolak sama yaitu berasal dari asetat dan mevalonat.
Rantai samping terbentuk sesudah terbentuknya squalen. Sebagian terjadi inti
steroid spiroketal dan yang lain membentuk triterpenoid pentasiklik.
Gugus gulanya dapat
terdiri 1 – 55 gula dan dalam beberapa hal aglikon tak diikat dengan gula
tetapi dengan asam uronat.
Kegunaan:
j Bahan
baku sintesis hormon steroid (aglikonnya : diosgenin, solasodin)
Dioscorea sp,
Agave sp, Solanum sp, Costus sp.
k Sebagai
Obat :
Tonikum : Panax
ginseng
Ekspektoran : Glycyrrhiza
glabra
Diuretik : Orthosiphon
stamineus
l Bahan
pencuci dan pengemulsi :
Sapindus
rerak, Quallaia saponaria
m Minuman:
Smilax medica
n Anti
inflamasi, anti fungi, antimikroba dan anti moluska
·
Antioksidan
pd kelompok legum
·
Antikolesterol
·
Antikarsinogen
·
Berpengaruh
thd sistem reproduksi mis. Gingsenosid dpt meningkatkan motilitas sperma,
saponin pd turi bersifat spermisidal. Glucocorticoid-like effects
·
Pengaruh
thd fungsi syaraf mis gingseng bersifat neurotropik dan neuroprotektif
·
Antispasmodik
mis saponin pd Allium cepa
·
Antikanker
mis saponin dr kedelai
·
Imunostimulator
mis saponin pd Leguminosae
·
Antivirus
mis.saponin dr Maesa lanceolata inhibits HIV-1 virus replication,
probably by inhibiting HIV-1 protease activity
ISOLASI SAPONIN
Ada bbrp strategi utk
isolasi saponin
Sbg aturan umum,
ekstraksi bahan dgn pelarut metanol atau etanol berair
Penguapan dgn
rotavapour
Pemisahan fase dgn
n-butanol (saponin dgn short oligosaccharide)
Dilakukan pemurnian
lebih lanjut yg melibatkan kromatografi cair melalui kolom silika gel atau
kromatografi partisi cair-cair
Pemisahan dgn HPLC
Dlm kebanyakan kasus
bbrp langkah diatas harus diulang dgn perubahan eluen utk mencapai kemurnian yg
tinggi
Stl saponin dimurnikan
langkah selanjutnya adl menganalisis senyawa dgn MS, proton dan carbon NMR, dan
IR spectroscopy.
TLC dan pewarnaan dgn
anisaldehid dlm asam sulfat umum digunakan
Saponin murni dpt
dihidrolisis utk melihat sifat gugus glikosidiknya
IDENTIFIKASI
Uji Buih
Ekstrak sebanyak 0,3 gram
dimasukkan tabung reaksi, kemudian ditambah air suling 10 ml, dikocok kuat-kuat
selama kira-kira 30 detik. Tes buih positif mengandung saponin bila terjadi
buih yang stabil selama lebih dari 30 menit dengan tinggi 3 cm di atas
permukaan cairan.
Reaksi Warna
0,3 gram ekstrak dilarutkan dalam 15 ml
etanol, lalu dibagi menjadi tiga bagian masing-masing 5 ml, disebut sebagai
larutan IIA, IIB, dan IIC
a. Uji
Liebermann-Burchard
Larutan IIA digunakan sebagai blanko,
larutan IIB sebanyak 5 ml ditambah 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4
pekat, lalu dikocok perlahan dan diamati terjadinya perubahan warna. Terjadinya
warna hijau biru menunjukkan adanya saponin steroid, warna merah ungu
menunjukkan adanya triterpen steroid dan warna kuning muda menunjukkan adanya
saponin jenuh.
b. Uji
Salkowski
Larutan IIA digunakan sebagai blanko,
larutan IIC sebanyak 5 ml ditambah 1 – 2 ml H2SO4 pekat
melalui dinding tabung reaksi. Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan
timbulnya cincin warna merah.
Identifikasi sapogenin
steroid/triterpenoid secara KLT
Ekstrak sebanyak 0,5
ml gram ditambah 5 ml HCL 2 N,didihkan dan tutup dengan corong berisi kapas basah selama 2 jam untuk
menghidrolisis saponin. Setelah dingin, netralkan dengan ammonia, kemudian
ekstraksi dengan 3 ml n-heksana sebanyak 3 kali, lalu uapkan sampai tinggal 0,5
ml, totolkan pada pelat KLT.
Fase diam : Kiesel Gel GF 254
Fase gerak :
n-heksana-etil asetat(4:1)
Penampak noda:
- Anisaldehida asam sulfat
-
Antimon klorida
Adanya sapogenin ditunjukkan dengan
terjadinya warna:
- merah ungu
(ungu) à
anisaldehida asam sulfat
- merah muda à antimon klorida
Saponin Steroid
Aglikon à steroid
Saponinà produksi hormon steroid dan
kortison
Contoh sapogenin
steroid
Diosgeninà Dioscorea
Hecogenin à Agave sp.
Sarsapogenin à Smilax sp
Sarmentogeninà Strophanthus sp
Tanaman monokotil :
Dioscoreaceae (Dioscorea
hispida)
Amaryllidaceae (Agave
americana)
Liliaceae(Yucca sp)
Tanaman Dikotil:
Leguminosae (Foenigraeci sp)
Solanaceae (Solanum sp)
Bahan Baku sex hormon,
Kortikosteroid, diuretik steroid
Steroid alami
dibutuhkan karena untuk produksi sex hormon, kortikosteroid, dll ® jalur panjang
Hecogenin ® Kortikosteroid
Diosgenin ® Sex hormon (termasuk oral
kontrasepsi, diuretik steroid
Diosgenin dapat
digunakan untuk produksi kortikosteroid dengan fermentasi mikrobiologi
Tiap tahun terus
mengalami peningkatan
Sapogenin dan jenis
tanaman
Sapogenin steroid dan
sumber tanaman penghasil
Saponin Triterpenoid
Jarang pada Monokotil,
banyak pada Dikotil:
Sapindaceae
Caryophyllaceae
Sapotaceae
Pollygallaceae
Dibedakan dalam 3
golongan yang diwakili oleh:
Alpha Amyrin
Beta Amyrin
Lupeol
Contoh tanaman
penghasil saponin triterpernoid
Binahong (Anredera
cordifolia)
Pegagan (Centella
asiatica)
Gynostemma
pentaphyllum
Gambas (Luffa
acutangula L. Roxb)
Contoh isolasi
Isolasi saponin dr biji gambas (Luffa
acutangula L. Roxb)
Skrining menunjukkan
adanya senyawa golongan alkaloida, saponin, triterpanoida/steroida dan
glikosida
Ekstraksi dilakukan
dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana dimana diharapkan
senyawa-senyawa non polar dapat tersari sempurna, sehingga tidak mengganggu
dalam identifikasi dan isolasi senyawa saponin. Sedang pelarut etanol 96% untuk
menarik senyawa-senyawa saponin yang terkandung dalam simplisia.
Ekstrak etanol yang
diperoleh dari 350 g serbuk simplisia adalah 35,81 g selanjutnya dari hasil KLT
dengan fase gerak n-heksana-etil asetat (8:2), (7:3), (6:4), dan
kloroform-metanol (9:1), (8:2), (7:3), (6:4), (5:5), fase diam plat silika gel
GF 245 dan penampak bercak LB ternyata yang baik adalah fase gerak
kloroform-metanol (7:3), diperoleh 9 noda dimana dijumpai 4 senyawa
triterpenoida dengan Rf 0,82, Rf 0,76, Rf 0,65 (merah ungu), dan Rf 0,17 (ungu
lemah).
Ekstrak etanol
dipisahan dengan kromatografi kolom, menggunakan fase gerak kloroform-metanol
(7:3) dan fase diam silika gel 60 mesh 0,063-0,200. Kemudian hasilnya dipantau
dengan KLT menggunakan pengembang yang sama dan penyemprot asam sulfat 50% v/v
dalam metanol. Untuk pola kromatogram yang sama disatukan dan hasilnya
diperoleh 8 fraksi.
Analisis selanjutnya
dilakukan terhadap fraksi I dan fraksi III karena dijumpai adanya kristal,
dimana fraksi 3 dijumpai satu noda dengan Rf 0,65 dan fraksi I dijumpai 2 noda
dengan Rf 0,82 dan Rf 0,76, selanjutnya dilakukan KLT kembali dengan berbagai
macam fase gerak untuk mendapatkan pemisahan yang baik, yaitu toluol-etil
asetat (1:1) dan n-heksana-etil asetat (3:7).Ternyata fraksi I dengan fase
gerak n-heksana-etil asetat (3:7) dijumpai 3 senyawa triterpenoida dengan Rf
0,52, Rf 0,28 dan Rf 0,19 (merah ungu)
Fraksi I dipisahkan
kembali dengan KLT preparatif menggunakan fase gerak n-heksan-etil asetat (3:7)
dan penampak bercak LB. Hasilnya diperoleh 3 pita berwarna merah ungu.
Masing-masing pita kerok secara terpisah dan dielusi dengan pelarut metanol.
Terhadap isolat 2 dan 3 tidak dilanjutkan karena hasil yang diperoleh sangat
sedikit.
Terhadap isolat 1 dan
fraksi III dilakukan KLT 2 arah menggunakan fase gerak I kloroform-metanol
(7:3), fase gerak II n-heksana-etil asetat (3:7), fase diam plat pra lapis
silika gel GF 254 dan penampak bercak LB. Hasil uji isolat 1 dan fraksi III
(isolat 4) masing-masing memberikan 1 noda tunggal berwarna merah ungu.
Terhadap isolat 1
dilakukan pemeriksaan karakteristik dengan spektrofotometer UV diperoleh
panjang gelombang maksimumnya 230 nm. Ini menunjukkan adanya ikatan rangkap
terkonjugasi. Penafsiran hasil analisis spektrofotometer IR adalah adanya gugus
hidroksil (3444,6 cm-1), gugus -CH alifatis (2920,0 cm-1 dan
2850,6 cm-1), ikatan C=C (1635,5 cm-1), gugus -CH2 (1419,5
cm-1), gugus -CH3 (1384,8 cm-1), dan gugus C-O
(1107,1 cm-1 ).
Isolat 1 diduga adalah golongan saponin
triterpenoida.
Isolat 4 (fraksi III)
dilakukan pemeriksaan karakteristik secara spektrofotometer UV diperoleh
panjang gelombang maksimumnya 232 nm.Ini menunjukkan adanya ikatan rangkap terkonjugasi.
Penafsiran spektrofotometer IR adalah adanya gugus hidroksil (3444,6 cm-1),
gugus -CH alifatis (2920,0 cm-1 dan 2850,6 cm-1), ikatan
C=C (1627,8 cm-1), gugus -CH2 (1465,8 cm-1),
dan gugus C-O (1110,9 cm-1). Isolat 4 diduga adalah senyawa saponin
triterpenoida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar